Mudah atau Sulit Memimpin Yayasan Qur'an Di Usia Muda?


Oleh Faisal Hilmi, Direktur Anamfal Foundation
(Yayasan Qur'an Dampak Positif Global)

Tulisan ini lahir dari kegelisahan Penulis setelah melewati masa sakit selama seminggu dan pertanyaan yang selalu saja hadir. Apakah seluruh proses ini sudah benar? Sudah tepat? Apakah perjalanan memimpin yayasan Qur'an ini sudah pada jalur rell yang benar?

Pemaknaan Sakit

Entah apa yang membuat saya terpaksa terbaring di kasur. Berhari-hari. Entah kenyataan atau perkiraan. Sepertinya dulu sebelum menikah sangat jarang terkena sakit. Kalau Iapun sakit satu dan dua hari langsung sembuh. Tanpa perlu ke dokter, klinik, atau puskesmas.

Tokoh masyarakat, pemerintah, MUI, dan Kemenag Tangsel bersilaturrahim ke Anamfal Foundation Secretary 

Saya kira sakit akan sebentar. Ternayata memakan waktu sekitar seminggu. Dari kantor menuju SPs UIN Jakarta dalam waktu 2 hari terpaksa menggunakan layanan Go Car. Dibantu istri tercinta, Faridah.

Dalam sakit pun tidak benar-benar istirahat total. Sekalipun dalam kerja yayasan, benar-benar bisa total ditinggal. Namun di kamar saya membuka lembar demi lembar buku dan sumber untuk penulisan proposal tesis.

Anehnya, dengan mudahnya saya rubah judul proposal tesis yang sebelumnya berjudul, "Youth Development Index (YDI) Perspektif Al-Qur'an : Sebuah Kajian Tafsir Tematik." Menjadi judul, "Indikator Negara Maju : Studi Komparatif Tafsir Al-Manar, Qur'an Karim, dan The Message of the Qur'an." Alhamdulillahnya, Allah benar-benar "bermain" sehingga perubahan proposal selesai dalam dua hari non stop. Ya, dikerjakan dalam sakit panas dan badan yang ngedrop.

Sebetulnya Apa yang Berat

Terkadang jiwa ini ingin menangis. Namun sebagai pria. Tentu secara natural mata ini tidak bisa juga melakukannya. Sebetulnya apa beban ini yang sadar atau tidak terasa berat. Apakah benar karena urusan memimpin dan mengembangkan yayasan? Atau urusan kuliah S2? Atau pula karena kesibukan mengurus istri dan anak?

Atau mungkin semua itu menjadi satu tercampur aduk. Semua meminta perhatian satu-persatu. Semua terasa penting dan harus dilakukan. Namun saya sadar. Hidup perlu prioritas. Hidup harus memilih apa yang benar-benar perlu dilakukan. 

Catatan Pekerjaan Belum Selesai

Hampir tiap hari diri ini memikirkan project buku kumpulan makalah Islamic Law. Belum lagi selaku ketua kelas dan telah komunikasi cukup intens dengan dosen pengampu. Buku ini belum juga kelar. Ini terencana merupakan program PKTQ. Bagian penerbitan buku keislaman.

Beberapa kendala dalam proses penerbitan tersebut adalah satu tulisan yang oleh teman tidak berkehendak dimasukkan. Sebagian lain, tim kelas belum semuanya mengirim profil. Walau sudah diputuskan bagi yang belum mengirimkan cukup profil berisi nama dan alamat email.

Emang dasar saya ini orangnya serba kepikiran. Padahal tidak sedikit keluarga Cirebon yang menyatakan diri ini orang yang mudah mengabaikan. Entahlah.

Selagi project Islamic Law belum selesai. Teringat project buku kumpulan makalah Qur'an Hadis juga belum selesai. Eh, malah sekarang membuka program LAZ Anamfal Care. Yang baru saja webnya alhamdulillah berhasil diaktifkan dan direvisi. Program terbesar Anamfal Foundation yang belum dimulai secara rill adalah Pesantren Qur'an Anamfal. Gedung dan fasilitas semua sudah terhampar. Perjalanan tinggal akhir-akhir lagi sampai. Ayo, jangan menyerah.

Prioritas Adalah Solusi Kesibukan Seabreg Yang Tidak Jelas Akhirnya

Tulisan ini terbahas diawali dengan melihat yang belum selesai. Maha benar Allah. Manusia selalu kufur. Selalu ingkar. Tidak banyak bersyukur, malah mikir yang belum tergenggam. Jika disadari, Alhamdulillah BNQ saat ini dibantu Ust. Taufiq yang handle bersama Faridah. Dewan Guru sudah tergabung 30 lebih. Staff Umum Yayasan dibantu mas Alfin, bahkan ia sanggupi membantu Anamfal Care. Ada mas Yoga yang bantu di keuangan.

Walau memang PKTQ, QONQ, dan PIC belum terhandle dengan baik. Namun bisakah fokus kita mensyukuri yang sudah bisa kita lakukan. Lupakan sementara YHNC 2018 dan Gathering Sahabat PIC sampai menemukan orang yang punya kemauan dan totalitas untuk mengembangkan anak muda. Pesantren Qur'an Anamfal sudah di depan mata untuk penerimaan santri baru.

"Hah...", tarik nafas dalam-dalam. Pekerjaan sebanyak itu tidak bisa dikerjakan sekaligus. Kita harus sadar, hanya perlu satu langkah untuk meruntuhkan gunung. Hanya satu pekerjaan yang perlu dilakukan untuk menyelessasikan semua daftar kerja. One by one. Step by step.

Semua tim Anamfal membagi pekerjaanya pada empat bagian. Pertama, penting dan mendesak. Ini yang harus kita kerjakan sekarang juga. Kedua, penting namun tidak mendesak. Ini pekerjaan yang bisa kita tunda. Ketiga, tidak penting namun mendesak. Ini yang dianggap remeh, namun urgent dilakukan sekarang juga. Dan keempat, tidak penting dan tidak mendesak. Ini yang tidak perlu kita dekati dan tidak perlu dilakukan sama sekali.

Maka menutup tulisan ini, sulit atau mudah me-leading yayasan Qur'an di usia muda? Jawabannya ada dalam diri kita masing-masing. Bagi optimistis, akan berkata mudah. Bagi yang fokus pada realitas, akan terasa sulit. Mungkin yang bijak berada di tengah-tengah, gak sulit banget dan tidak mudah banget. "Gampang-gampang susah," adalah gambaran yang sangat lumrah di masyarakat.

Sulit itu jika kita hanya bekerja berdasar kemampuan diri. Tidak mengajak tim. Terlebih tidak mengundang dan memohon pertolongan Allah. Sulit itu jika kita banyak agenda namun tidak dilaksanakan yang bisa dilaksanakan. Serta hanya menunda-nunda. Semua akan mudah pada waktunya, setelah perjuangan menunjukkan hasilnya. Akan sangat-sangat, dan sangat manis jika telah melalui perjuangan, banyak keringat cucuran, sedikit rasa pusing, dan beberapa linangan air mata. Nikamti saja, jalur ini sudah benar untuk Khidmah Al-Qur'an.

"Demi waktu. 
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. 
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati 
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."
(QS. Al-Asr 1-3)

Top 5 This Week

WAKAF - KEKALKAN HARTA ANDA